Kenangan dibalik Turbulensi Pesawat Terbang
Bagaimana mengatasi ketakutan naik pesawat dan ketinggian ?
Sensasi merupakan respon yang segera
dan langsung dari alat pancaindra terhadap stimuli yang sederhana ( iklan ,
kemasan, merk). Stimulus adalah setiap unit masukan yang diterima oleh setiap
panca indra ( Buku Perilaku Konsumen , Leon Schiffman dan
Leslie Lazar Kanuk)
Dan ini cerita
untuk menyatukan teori itu, serta
sedikit pengalaman ketika menjadi sales training manager keliling ke berbagai
kota…. Dari pengalaman perjalanan selama belasan tahun , “ naik pesawat” ke berbagai kota baik nasional maupun internasional, baru kali ini saya begitu deg degan dan ada (sedikit) rasa penasaran . Rasa penasaran bagaimana rasanya ketika sudah tiba di bendara, disambut hujan lebat tiada tara. Dulu-dulu, ketika naik pesawat syukur sekali diberi kan udara cerah , dan sekarang ! Awan tebal hitam menghujam bandara Adisucipto Yogyakarta. Perjalanan pulang dinas ke arah Jakarta ini sedikit saya kuatir karena ini, di Yogya. Ntah lah kalau saya perjalanan lintas udara melewati Yogya ( bukan sekali dua kali ) seperti ada batu kerikil di pesawat kira-kira beberapa saat , atau istilahnya ada turbulensi kecil! Dan saat ini , saya harus naik pesawat setelah magrib dalam keadaan hujan besar!!!
Beberapa kali saya bertanya tanya
ke admin saya ( mengapa sih) kok baru
sekarang di pesenin pesawat bukan Garuda? Dan baru pertama kali juga, saya akan mendarat di Bandara Halim Perdanakusumah ( sebelumnya selalu ke bandara Cengkareng alias Bandara Soekarno Hatta yang
terliaht luassss dan lega ).
Saya
masih inget omongan teman saya sebagai
supervisor di daerah Yogya, nadanya
emang nakut -nakuti ketika di mobil sedang mengantar saya ke bandara Adisucipto,
katanya “ kalau bos besar lihat kondisi
lingkungan bandara mendung..lebih baik gak jadi naik pesawat jadi pakai kendaraan darat aja , berangkat
dari Yogya –ke Surabaya. Selama belasan tahun juga saya juga memahami kondisi ini kalau naik pesawat,,,,,, yah
….kalau sudah naik pesawat dan pintu pesawat sudah di tutup….orang-orang tidak bisa kemana-mana lagi. Apapun
jabatannya? , Apapun tingkah laku dan amal ibadahnya, ketika di dalam pesawat yah hanya bisa pasrah. Pesawat harus tetap pergi
dan melaju…..lewat langit atas sana….
Ketika sudah berada di ruang tunggu Bandara Adisucipto, benar saja dugaan saya , perjalanan
di cancel karena cuaca tidak memungkinkan …sampai berjam jam!! Dan saya pun
diberikan nasi Kotak …untuk dimakan di ruang tunggu,, rasanya enak –enak nyelek karena tetap bisa melihat
hujan petir dan angin yang kencang ketika mau naik pesawat ke Jakarta. Saya
lihat penumpang lain pun berusaha menyingkirkan kekuatiran yang ada dengan pura pura tidur, Ada juga yang secara eksplisit mencibir cuaca dengan nada kesal. Karena saya sendirian saya pun mulai sms istri ,”ini cuaca buruk
banget doain supaya selamat….”
Ntahlah …waktu itu..apakah prakiraan
cuaca di daerah lain di luar Yogyakarta sedang baik, atau di daerah tujuan Jakarta terpantau tidak hujan …sehingga diputuskan
menjelang malam penumpang
dipersilahkan boarding untuk naik pesawat dengan kondisi
masih hujan. Karena tidak ada Airbridge
(belalai gajah yang menghubungkan dari
ruang tunggu ke badan pesawat,) kita di beri payung sendiri-sendiri berjalan di
tengah hujan deras dari ruang tunggu ke Apron
( tempat parker badan pesawat) disertai petir bergemuruh…alhasil celana dan
tas , baju sebelah pinggir kiri kanan saya terkena hujan….ini pengalaman
pertama saya juga setelah belasan tahun naik pesawat!!
Sudah terbiasa juga , bila saya
berpergian naik pesawat selalu pesan
tempat duduk di pinggir jendela. Saya suka menikmati detik-detik take of atau landing …yang biasanya akan terlihat
pemandangan yang indah . Contohnya ketika pergi ke Padang, ketika pesawat descending di atas saya
melihat hamparan pulau- pulau kecil indah disepanjang pinggiran pantai Sumatra Barat. Indah sekali!!. Ataupun ketika pergi
ke Kalimantan , setelah pesawat climbing
akan terlihat dan terlewati kepualan
seribu yang sangat Indah. Tetapi kenyataannya sekarang hawa dingin dan mencekam
karena hujan deras disertai kedinginan akibat
berjalan kaki dari ruangan Departure
ke arah Apron tanpa airbridge .
Dannn benar saja …di jendela pesawat
masih terlihat hujan deras sampai air hujan berbentuk gumpalan air mengalir di jendela pesawat ( biasanya
kalau masih tidak deras hanya butiran butiran kecil saja terlihat di jendela
pesawat) karena pesawat belum siap saya pun sempat mengabdikan kondisi ini ,
seperti ini .
Sesudah penumpang komplit di kabin pesawat dan siap dengan safety belt-nya masing masing …tunggu
semenit- dua menit sampai lebih dari 20 menit , pesawat tidak maju -maju ternyata sang
pramugari mengumumkan….
..” para penumpang pesawat belum
diijinkan untuk berangkat ….menurut peraturan bla bla bla…( la iya lah hujannya
deras gitu di luar dengan… petir lagi !!)…
…..Akhirnya pesawat didiamkan alias ditunda penerbangannya (lagi). Penumpang penuh dan kuatir sampai
sempat-sempat sampai buka Hp kirim pesan karena penerbangan di tunda dengan kondisi penumpang sudah naik pesawat
semua di dalam pesawat. Di kabin pesawat
dihembuskan …hembusan asap dingin
….terus dikeluarkan berkali kali….saya pun sempat mengabdikan hal ini…..Gile
banget…dalam hati saya ini pengalaman pertama berpesawat pada kondisi terbilang
cuaca buruk…..
Hampir satu jam menunggu di di dalam
pesawat dan akhirnya diputuskan untuk terbang
( dalam pikiran saya, “ini gile banget
kondisi hujan dan sesekali ada petir” . Apalagi hobi saya melihat-lihat
pemandangan dari jendela pesawat jadi tambah ketir dan kuatir)
Dan terdengar pengumuman
- intinya , “pesawat akan take off dan seluruh perlengkapan HP dan
elektronik lainnya harap dimatikan”-terlihat hening dan sunyi setelah
pengumuman itu…lampu di kabinpun di padamkan.
Suara pesawat mulai dinyalakan dari terdengar lambat sampai menderu….lampu di
dalam kabin di padamkan!( wah pikir saya ini pesawat sedang perlu tenaga ekstra
nih ), Saya yang berposisi duduk di dekat jendela, baru pertama
kali ini juga kuatir melihat pemandangan
ke arah luar jendela pesawat -yang masih tertutup air hujan
yang saling bergantian menimpali…suara petir bergemuruh bergantian….serta kilauan
cahaya kilat sesekali…
Meskipun seperti
itu , kebiasaan saya melihat pemandangan dari jendela ketika take
of dan landing tidak pernah
terbendung …..saya tahu dan merasakan insightnya , biasanya pesawat mengalami turbulensi sedikit biasanya terasa seperti mobil
berjalan di lubang-lubang jalan tidak beraspal, ketika pesawat
melewati awan yang hitam atau kalau kebetulan harus menembus gumpalan awan,
terasa banget seperti jalan di
atas pasir dan berbatuan. Bahkan saya
tahu ( karena suka duduk di pinggir
jendela) bila pesawat mengudara sedang masuk gumpalan awan biasanya layer atas dan bawah bagian
dari sayap pesawat ada yang membuka dan lembarannya bergoyang-goyang….dan sekarang
saya harus menembus awan hitam , sekaligus hujan dan sekaligus kilauan cahaya
petir? Tidak terbayang oleh saya…..
Pesawat akan tinggal landas
alias take off , baru pertama kali ini
juga saya melihat semua penumpang ( terutama dari jangkauan mata saya) diam membisu.
Beberapa penumpang menutup jendela pesawatnya….dan tidak ada suara canda tawa dan obrolan obrolan
suara keras seperti biasanya bila ketika para penumpang sudah ada di kabin pesawat (yang
suara obrolannya keras keras)…….Sekarang diam semua….dan saya melihat suami
istri di samping saya duduk,…… mereka menyatukan tangannya di antara sandaran pinggir sela bangku pesawat…….
Lambat laun pesawat menderu….melaju
kencang ….cairan tebal karena hujan yang
menempel dikaca mulai menghilang karena kecepatan pesawat ….dan pesawat naik ….di tengah tengah
hujan dan gemuruh petir…..Saya terus
melihat ke arah luar jendela. Saya mencoba melihat di ujung atas sana… atap
langit masih gelap dan masih kelam” wah pasti pada saat climbing untuk menembus awan
ini -akan terasa banget nih “grejag grejugnya”
….,”Nekad”, dalam pikirku…karena sepengalaman saya , pesawat akan terasa tenang bila sudah di atas
awan atau pada saat posisi cruising
alias pesawat sedang terbang datar ( dan parmugari pramugara biasanya mulai
menyajikan sajian makanan)
Saya coba menarik napas…”uhhhh gile
gile…” sampai seperti inikah saya mencari uang”?Rela tegang kesat-kesut nyawa taruhan?( wey padahal apapun kegiatannya
resiko kematianmah selalu ada !Ayo tetap
tenang dan berdoa---begitulah cara menghibur diri.....)....dan mulai
terdengar - dag dig dug suara turbulensi
pesawat …dreg….mendadak pesawat ke bawah….oleng ke kiri dan ke kanan…suara
jeritan…istigfar…doa….saya dengar semua…..dan inilah pengalaman saya terburuk
mengalami turbulensi pesawat SEJAK dari tahun 2000 sampai 2016 ini….inilah yang
terdasyat turbulensinya…..karena kondisi cuaca…
Saya tidak bisa melihat pemandangan
lagi ….saya melihat dari jendela ke arah pemandangan luar : --gelap
“seperti lap hitam” gelapnya…”ini pesawat sedang di dalam awan gelap “ pikir
saya….. Pesawat belum stabil …semua doa di tujukan atas semua keselamatan
penumpang pada saat itu…doa- doa di panjatkan…….saya mencoba melihat kebelakang
dan ke samping semua merasakan – tegang-.
Pesawat sudah stabil …rasa lega ,
kagum ,(terhadap pilot yang bawa), mulai terasa…saya lihat ke jendela…bintang
bintang di langit mulai terlihat…syukurlah…berarti hujan dan
mendung ini hanya di sekitar atau pada radius tidak terlalu jauh
dari bandara Adisucipto, area Yogyakarta
dan sekitarnya saja….di daerah lainnya tidak hujan …..
Munculnya pramugari cantik dan pramugara tampan yang berjalan .di lorong pesawat
membuat penumpang terasa lebih nyaman, ditambah lagi senyuman nya ke kiri dan
dan kanan membuat penumpang merasa ditemani…pramugari paramugara pun tidak
terlihat lagi menuju ke ruangan ekor pesawat……namun tiba –tiba….
Tiba-tiba…. diluar pengalaman saya ( lagi ), yang sudah biasanya naik pesawat Garuda….ternyata pramugari
pramugari di pesawat ini, itu menjual makanan
juga ! Yah menjual Makanan ,( bukan menyajikan gratis ke penumpang?!-)) ,
“..Bapak …Ibu Pop Mie-nya …”, ujarnya.
Suasana mulai
santai dan beberapa orang mulai tersenyum geli… sambil melihat dagangan yang di
bawa pramugari dan barang-barang daganganya. Ruang pikiran kosong penumpang alias konsumen pada saat itu yang telah mengalami ketegangan akibat sensasi turbulensi
, berganti dengan sensasi terdengarnya suara
penawaran barang dari pramugari. Otomatis
“ruang pikiran kosong konsumen dan ereuka kebahagiaan melewati
turbulensi ”kayaknya seperti gampang
menangkap merk yang ditawarkan oleh pramugari, belum lagi ada tambahan stimulus
dari panca indra ketika Pop mie itu diseduh wanginya ‘sim-siliwir”
kemana-mana. Gabungan sensasi dan
stimulus produk yang diterima konsumen menjadi Top of Mind di benak konsumen
di dalam pesawat itu. Karena tidak ada pesaing competitor Pop Mie di
sana dan hanya Pop mie yang tersedia (
avaibility) menjadi Brands Recall oleh
konsumen di dalam pesawat itu, yang order dan order . Dari pengalaman ini...Memang konsumen harus
dibahagiaakan dulu atau rela pikirannya
di kosongkan /difocuskan dulu supaya merk dagang bisa gampang masuk ke memori.
Tentu saja di
market yang lebih luas dan dinamis, segala bentuk stimuli dan sensasi produk ini
harus terus dilaksanakan oleh Brands Manager, Marketing aktivasi ,supaya produk teringat dibenak konsumen
baik dengan stategy Below
the Line maupun Above the Linen-y,.namun bila tidak ada Team Sales yang selalu dalam
kondisi “Semangat” dalam mendistribusikan dan mengorder barang tetaplah sia sia--
barang tidak akan ada visibility dan availability-nya sehingga produk
tersebut tidak akan sampai ditangan konsumen.
Tidak terasa,
Kaptain pesawat memberitahukan waktu akan landing
ke bendara Halim Perdana Kusuma tinggal beberapa saat lagi, saya pun reflex melihat ke arah jendela pesawat . Luar Biasa!! Pemandangan
kota Jakarta di malam hari yang cerah,
amatlah Indah!! Tempat dimana biasanya saya terjebak macet di jalan arteri dan toll jagorawi setiap hari pulang kerja,, ternyata bila di lihat oleh
penumpang pesawat menuju Bendara Halim Perdanakusuma , kemacetan kota Jakarta, seperti juntaian kalung emas yang jatuh di
atas percikan percikan cahaya lampu warna warni. Dalam hati, sedikit bangga juga saya bisa
berkontribusi tiap hari , bila terkena macet di Jakarta…ternyata bila dilihat
di atas pesawat -lampu mobil yang sedang macet sambung - menyambung , meliak-liuk seperti rantai emas yang jatuh…)))
Pesawat landing
dengan empuk dan selamat…ketika penumpang mulai melepas safety beltnya , pramugara
memberikan pengumuman, : “kepada bapak dan ibu ..mohon kiranya bisa
mengembalikan Pelampung bagi yang tadi meminjam bagi beberapa penumpang ….”….
Grrrrr semua penumpang
yang di pesawat banyak yang tertawa,
banyak yang nyeletuk “Aduh penumpang Galau”…dll.
Saya hanya
berpikir; “ Busyetttt ternyata dibalik itu , sudah ada beberapa penumpang yang well prepared menghadapi cuaca buruk
naik pesawat , dengan cara individual meminjam pelampung kepada awak
pesawat..””..
Dannnnnn ampuni
Tuhan…suasana Arrival ini, banyak tertawa , tersenyum..geli menggoda , Beda
sekali ketika proses Departurenya ,,,????
Maka dari itu ,
semenjak kejadian itu ,saya menjadi lebih sabar
kalau kebetulan sedang dilanda
macet di Jakarta …dibandingkan dengan
mengalami turbulensi pesawat di udara…(yang tidak ada rest areanya lagi
!) …..dan sedikit mengetahui ternyata
macet di jakarta di malam hari bisa menyumbangkan pemandangan indah bagi para
penumpang pesawat yang sedang proses descending menuju bandara tujuan
….lampu-lampu kendaraan terlihat ibaratkan
untaian kalung emas yang jatuh di cahaya lampu
warna warni kota…
Pengalaman perjalanan di pesawat yang nikmat adalah : Perjalanan tenang, udara cerah, damai....indah....disertai adanya penumpang yang bertasbih dan membaca kitab suci....
Pengalaman perjalanan di pesawat yang nikmat adalah : Perjalanan tenang, udara cerah, damai....indah....disertai adanya penumpang yang bertasbih dan membaca kitab suci....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar