Sabtu, 01 Oktober 2016

Trik Bila Mengalami Turbulensi Pesawat -Top of Mind Behind The Turbulence

Kenangan dibalik Turbulensi Pesawat Terbang

Bagaimana mengatasi ketakutan naik pesawat dan ketinggian ?

Sensasi merupakan respon yang segera dan langsung dari alat pancaindra terhadap stimuli yang sederhana ( iklan , kemasan, merk). Stimulus adalah setiap unit masukan yang diterima oleh setiap panca indra  ( Buku Perilaku Konsumen , Leon Schiffman dan Leslie Lazar Kanuk)
 

 Dan ini cerita untuk menyatukan teori itu,  serta sedikit pengalaman ketika menjadi sales training manager keliling ke berbagai kota…. 

Dari  pengalaman perjalanan selama belasan tahun , “ naik pesawat” ke berbagai kota baik nasional maupun internasional, baru kali ini saya begitu deg degan dan ada (sedikit) rasa penasaran .  Rasa penasaran bagaimana rasanya ketika sudah tiba  di bendara, disambut  hujan lebat tiada tara. Dulu-dulu, ketika naik pesawat syukur sekali diberi kan udara cerah , dan sekarang ! Awan tebal  hitam menghujam  bandara Adisucipto Yogyakarta. Perjalanan pulang dinas ke  arah Jakarta ini sedikit saya kuatir karena ini,  di Yogya. Ntah lah kalau saya perjalanan lintas udara melewati Yogya ( bukan sekali dua kali ) seperti ada batu kerikil di pesawat kira-kira beberapa saat , atau istilahnya ada turbulensi kecil!  Dan saat ini , saya harus naik pesawat setelah magrib dalam keadaan hujan besar!!!
   Beberapa kali saya bertanya tanya ke  admin saya ( mengapa sih) kok baru sekarang di pesenin pesawat bukan Garuda? Dan baru pertama  kali juga, saya akan mendarat di Bandara  Halim Perdanakusumah  ( sebelumnya selalu ke bandara   Cengkareng alias Bandara Soekarno Hatta yang terliaht luassss dan lega ).
            Saya masih inget omongan  teman saya sebagai supervisor  di daerah Yogya, nadanya emang nakut -nakuti ketika di mobil sedang mengantar saya ke bandara Adisucipto, katanya  “ kalau bos besar lihat kondisi lingkungan bandara mendung..lebih baik gak jadi naik pesawat  jadi pakai kendaraan darat aja , berangkat dari Yogya –ke Surabaya.   Selama belasan tahun juga saya juga  memahami  kondisi ini kalau naik pesawat,,,,,, yah ….kalau sudah naik pesawat dan pintu pesawat sudah  di tutup….orang-orang  tidak bisa kemana-mana lagi.   Apapun jabatannya? , Apapun tingkah laku dan amal ibadahnya, ketika  di dalam pesawat  yah  hanya bisa pasrah.  Pesawat harus tetap   pergi dan  melaju…..lewat langit atas  sana….
         Ketika sudah berada di  ruang tunggu  Bandara Adisucipto, benar saja dugaan saya , perjalanan di cancel  karena cuaca tidak  memungkinkan …sampai berjam jam!! Dan saya pun diberikan nasi  Kotak …untuk  dimakan di ruang tunggu,,  rasanya enak –enak nyelek karena tetap bisa melihat hujan petir dan angin yang kencang ketika mau naik pesawat ke Jakarta. Saya lihat penumpang lain pun berusaha menyingkirkan kekuatiran yang ada dengan  pura pura tidur, Ada  juga yang secara eksplisit  mencibir  cuaca  dengan nada kesal.  Karena  saya sendirian  saya pun mulai sms istri ,”ini cuaca buruk banget doain supaya selamat….”
         Ntahlah …waktu itu..apakah prakiraan cuaca di daerah lain di luar Yogyakarta  sedang baik,  atau di daerah tujuan  Jakarta  terpantau tidak hujan …sehingga diputuskan menjelang  malam  penumpang  dipersilahkan  boarding untuk naik pesawat dengan kondisi masih hujan.  Karena tidak  ada       Airbridge  (belalai gajah yang menghubungkan dari ruang tunggu ke badan pesawat,) kita di beri payung sendiri-sendiri berjalan di tengah hujan deras dari ruang tunggu ke  Apron  ( tempat parker badan pesawat)  disertai petir bergemuruh…alhasil celana dan tas , baju sebelah pinggir kiri kanan saya terkena hujan….ini pengalaman pertama saya juga setelah belasan tahun naik pesawat!!


       Sudah terbiasa juga , bila saya berpergian naik  pesawat selalu pesan tempat duduk  di pinggir jendela.  Saya suka menikmati detik-detik take of atau landing …yang biasanya akan  terlihat pemandangan yang  indah .  Contohnya ketika pergi ke  Padang, ketika pesawat descending  di atas saya melihat  hamparan  pulau- pulau kecil indah disepanjang   pinggiran pantai Sumatra Barat.  Indah sekali!!.  Ataupun ketika   pergi ke Kalimantan  , setelah pesawat  climbing akan terlihat dan terlewati  kepualan seribu yang sangat Indah.  Tetapi  kenyataannya sekarang hawa dingin dan mencekam karena hujan deras disertai kedinginan akibat  berjalan kaki dari ruangan Departure  ke arah Apron tanpa airbridge .

        Dannn benar saja …di jendela pesawat masih terlihat hujan deras sampai air hujan berbentuk gumpalan  air mengalir di jendela pesawat                 ( biasanya kalau masih tidak deras hanya butiran butiran kecil saja terlihat di jendela pesawat) karena pesawat belum siap saya pun sempat mengabdikan kondisi ini , seperti ini .



Sesudah penumpang  komplit di kabin pesawat dan siap dengan safety belt-nya masing masing …tunggu semenit- dua menit sampai lebih dari 20  menit , pesawat tidak maju -maju ternyata sang pramugari mengumumkan….

..” para penumpang pesawat belum diijinkan untuk berangkat ….menurut peraturan bla bla bla…( la iya lah hujannya deras gitu di luar dengan… petir lagi !!)…

…..Akhirnya pesawat didiamkan  alias ditunda penerbangannya  (lagi). Penumpang penuh dan kuatir sampai sempat-sempat sampai buka Hp kirim pesan karena  penerbangan di tunda  dengan kondisi penumpang sudah naik pesawat semua di dalam pesawat. Di kabin pesawat  dihembuskan  …hembusan asap dingin ….terus dikeluarkan berkali kali….saya pun sempat mengabdikan hal ini…..Gile banget…dalam hati saya ini pengalaman pertama berpesawat pada kondisi  terbilang cuaca buruk…..


    Hampir satu jam menunggu di di dalam pesawat dan akhirnya  diputuskan  untuk  terbang ( dalam pikiran saya,  “ini gile banget kondisi hujan dan sesekali ada petir” . Apalagi hobi saya melihat-lihat pemandangan dari jendela pesawat jadi tambah ketir dan kuatir)

    Dan terdengar  pengumuman  - intinya , “pesawat akan take off dan seluruh perlengkapan HP dan elektronik lainnya harap dimatikan”-terlihat hening dan sunyi setelah pengumuman itu…lampu di kabinpun di padamkan.

    Suara pesawat mulai dinyalakan dari  terdengar lambat sampai menderu….lampu di dalam kabin di padamkan!( wah pikir saya ini pesawat sedang perlu tenaga ekstra nih ), Saya yang berposisi duduk di  dekat jendela,  baru  pertama kali ini juga  kuatir melihat pemandangan ke  arah luar  jendela pesawat -yang masih tertutup air hujan yang saling bergantian menimpali…suara petir bergemuruh bergantian….serta kilauan cahaya kilat sesekali…


Meskipun seperti itu , kebiasaan saya melihat pemandangan dari jendela  ketika take of dan landing tidak pernah terbendung …..saya tahu dan merasakan insightnya ,   biasanya pesawat mengalami turbulensi sedikit  biasanya terasa seperti  mobil berjalan di lubang-lubang jalan tidak beraspal,  ketika  pesawat  melewati awan yang hitam  atau  kalau kebetulan harus  menembus  gumpalan awan,  terasa  banget seperti jalan di atas pasir dan berbatuan.  Bahkan saya tahu  ( karena suka duduk di pinggir jendela) bila pesawat mengudara sedang masuk  gumpalan awan biasanya layer atas dan bawah bagian dari sayap pesawat ada yang membuka dan lembarannya bergoyang-goyang….dan sekarang saya harus menembus awan hitam , sekaligus hujan dan sekaligus kilauan cahaya petir? Tidak terbayang oleh saya…..


      Pesawat akan tinggal landas alias take off ,  baru pertama kali ini juga saya melihat semua penumpang ( terutama dari jangkauan mata saya) diam membisu. Beberapa penumpang menutup jendela pesawatnya….dan  tidak ada suara canda tawa dan obrolan obrolan suara keras  seperti biasanya bila  ketika  para penumpang sudah ada di kabin pesawat (yang suara obrolannya keras keras)…….Sekarang diam semua….dan saya melihat suami istri di samping saya duduk,…… mereka  menyatukan tangannya di antara sandaran  pinggir sela  bangku pesawat…….


         Lambat laun pesawat menderu….melaju kencang ….cairan tebal  karena hujan yang menempel dikaca mulai menghilang karena kecepatan  pesawat ….dan pesawat naik ….di tengah tengah  hujan dan gemuruh petir…..Saya terus melihat ke arah luar  jendela.  Saya mencoba melihat di ujung atas sana… atap langit masih gelap dan masih kelam” wah pasti pada saat climbing  untuk menembus awan ini -akan terasa banget nih “grejag grejugnya”  ….,”Nekad”, dalam pikirku…karena sepengalaman saya ,  pesawat akan terasa tenang bila sudah di atas awan atau pada saat posisi cruising alias pesawat sedang terbang datar ( dan parmugari pramugara biasanya mulai menyajikan sajian makanan)



       Saya coba menarik napas…”uhhhh gile gile…” sampai seperti inikah saya mencari uang”?Rela tegang  kesat-kesut  nyawa taruhan?( wey padahal apapun kegiatannya resiko kematianmah  selalu ada  !Ayo tetap tenang dan berdoa---begitulah cara menghibur diri.....)....dan  mulai terdengar - dag dig dug suara  turbulensi pesawat …dreg….mendadak pesawat ke bawah….oleng ke kiri dan ke kanan…suara jeritan…istigfar…doa….saya dengar semua…..dan inilah pengalaman saya terburuk mengalami turbulensi pesawat   SEJAK   dari tahun 2000 sampai 2016 ini….inilah yang terdasyat turbulensinya…..karena kondisi cuaca…

         Saya tidak bisa melihat pemandangan lagi ….saya melihat  dari jendela  ke arah pemandangan  luar  : --gelap “seperti lap hitam” gelapnya…”ini pesawat sedang di dalam awan gelap “ pikir saya….. Pesawat belum stabil …semua doa di tujukan atas semua keselamatan penumpang pada saat itu…doa- doa di panjatkan…….saya mencoba melihat kebelakang dan ke samping semua merasakan – tegang-.

         Pesawat sudah stabil …rasa lega , kagum ,(terhadap pilot yang bawa), mulai terasa…saya lihat ke jendela…bintang bintang di langit mulai terlihat…syukurlah…berarti hujan  dan  mendung ini hanya di sekitar atau pada radius tidak terlalu jauh dari   bandara Adisucipto,   area Yogyakarta dan sekitarnya saja….di daerah lainnya tidak hujan …..

       Munculnya  pramugari cantik dan pramugara  tampan yang berjalan .di lorong pesawat membuat penumpang terasa lebih nyaman, ditambah lagi senyuman nya ke kiri dan dan kanan membuat penumpang merasa ditemani…pramugari paramugara pun tidak terlihat lagi  menuju  ke ruangan ekor pesawat……namun  tiba –tiba….

      Tiba-tiba…. diluar  pengalaman saya ( lagi ), yang  sudah biasanya naik pesawat Garuda….ternyata pramugari pramugari di pesawat ini, itu menjual  makanan juga ! Yah menjual Makanan ,( bukan menyajikan gratis ke penumpang?!-)) , “..Bapak …Ibu Pop Mie-nya …”, ujarnya.


Suasana mulai santai dan beberapa orang mulai tersenyum geli… sambil melihat dagangan yang di bawa pramugari dan barang-barang daganganya.  Ruang pikiran kosong penumpang alias konsumen  pada saat itu yang telah  mengalami ketegangan akibat sensasi turbulensi , berganti dengan sensasi  terdengarnya suara penawaran barang dari pramugari.  Otomatis  “ruang pikiran kosong konsumen dan ereuka kebahagiaan melewati turbulensi ”kayaknya seperti  gampang menangkap merk yang ditawarkan oleh pramugari, belum lagi ada tambahan stimulus dari panca indra ketika Pop mie itu diseduh wanginya ‘sim-siliwir” kemana-mana.  Gabungan sensasi dan stimulus produk yang diterima konsumen menjadi Top of Mind di benak  konsumen  di dalam pesawat itu. Karena tidak ada pesaing competitor Pop Mie di sana dan hanya Pop mie yang tersedia  ( avaibility)  menjadi Brands Recall oleh konsumen di dalam pesawat itu, yang order dan order . Dari pengalaman ini...Memang konsumen harus dibahagiaakan  dulu atau rela pikirannya di kosongkan /difocuskan dulu supaya merk dagang bisa gampang masuk ke memori.

Tentu saja di market yang lebih luas  dan dinamis,  segala bentuk stimuli dan sensasi produk ini harus terus dilaksanakan oleh Brands Manager, Marketing  aktivasi ,supaya produk teringat dibenak  konsumen  baik dengan  stategy  Below the Line maupun  Above the Linen-y,.namun  bila tidak ada Team Sales yang selalu dalam kondisi “Semangat” dalam mendistribusikan dan mengorder barang tetaplah sia sia-- barang tidak akan ada visibility dan availability-nya sehingga  produk tersebut  tidak akan sampai  ditangan konsumen.

Tidak terasa, Kaptain pesawat memberitahukan waktu akan landing ke bendara Halim Perdana Kusuma tinggal beberapa saat lagi,  saya pun reflex melihat ke  arah jendela pesawat . Luar Biasa!! Pemandangan  kota Jakarta di malam hari yang cerah, amatlah Indah!!  Tempat dimana  biasanya saya terjebak macet di jalan arteri  dan toll  jagorawi setiap hari  pulang kerja,, ternyata bila di lihat oleh penumpang pesawat menuju Bendara Halim Perdanakusuma ,  kemacetan  kota Jakarta,  seperti juntaian kalung emas yang jatuh di atas percikan percikan cahaya lampu warna warni.  Dalam hati, sedikit bangga juga saya bisa berkontribusi tiap hari , bila terkena macet di Jakarta…ternyata bila dilihat di atas pesawat -lampu mobil yang sedang  macet sambung - menyambung , meliak-liuk  seperti rantai emas yang jatuh…)))

Pesawat landing dengan empuk dan selamat…ketika penumpang mulai melepas safety beltnya ,  pramugara memberikan pengumuman, : “kepada bapak dan ibu ..mohon kiranya bisa mengembalikan Pelampung bagi yang tadi meminjam bagi beberapa penumpang ….”….

Grrrrr semua penumpang yang di pesawat banyak  yang tertawa, banyak yang nyeletuk “Aduh penumpang Galau”…dll.

Saya hanya berpikir; “ Busyetttt ternyata dibalik itu , sudah ada beberapa penumpang yang well prepared menghadapi cuaca buruk naik pesawat , dengan cara individual meminjam pelampung kepada awak pesawat..””..

Dannnnnn ampuni Tuhan…suasana Arrival ini, banyak  tertawa , tersenyum..geli menggoda , Beda sekali ketika proses Departurenya ,,,????

Maka dari itu , semenjak kejadian itu ,saya menjadi lebih sabar  kalau  kebetulan sedang dilanda macet di Jakarta …dibandingkan dengan  mengalami turbulensi pesawat di udara…(yang tidak ada rest areanya lagi !) …..dan sedikit mengetahui  ternyata macet di jakarta di malam hari  bisa   menyumbangkan pemandangan indah bagi para penumpang  pesawat  yang sedang proses descending menuju bandara tujuan  ….lampu-lampu kendaraan terlihat  ibaratkan    untaian  kalung emas yang jatuh di cahaya  lampu  warna warni kota…




Pengalaman perjalanan di pesawat yang nikmat adalah : Perjalanan tenang, udara cerah, damai....indah....disertai adanya penumpang yang bertasbih dan membaca kitab suci....