Minggu, 16 Juni 2019

Bagaimana menghasilkan Omset 157% dari Hasil Distribusi.


#Kontrol Salesman adalah hal terbaik.
#Dismensi kepercayaan
#Dimensi reputasi
#Dimensi Kualitas Jasa
#Minat Beli.
#Cara Training of trainer di lapangan
#Fungsi Seragam di Salesman.

Ini kisah learning sektor real, alias dagang dari mendistribusikan barang. Barang sampai ditangan toko dan salesman mendapatkan uang. Bukan salesman taking order  maupun detailing tapi salesman motoris yang notabene membawa barang dan langsung dijual ke toko. Barang yang dibawa adalah susu kotak dan botol yang sesuai dengan basket size anak anak sekolah ( apalagi snack-snack jajanan lain yah).
              Setiap proses penjualan ada SOP-nya.  Bagaimana si salesman itu harus melalui tahapan proses penjualan sehingga toko akan order. Setiap salesman pasti punya SOP sendiri-sendiri sesuai dengan type channel tokonya. Apakah type channel grosir? Type channel Modern trade? Type Foodservis sampai type outlet Medical. Nah peran saya sebagai sales training saat itu, salah satunya  membuat SOP yang paling ringkas dan berdaya guna ( simsalabim…….) sehingga toko bisa order. Bukan sekedar nyusun konsep dan nyari teori- harus trial and error di lapangan ( jadi berkali kali di uji coba di lapangan mengganti tahapan SOP). Sebelum SOP ( Standard Operating Prosedur) itu di buat. Nah sekarang ini setelah SOP dibuat saya akan membuktikannya langsung dengan salesman asli (emang ada salesma palsu?) sekaligus kordinatornya ( yang nanti akan di jadikan traine) langsung kelapangan , seharian dari pagi sampai malam..sampai toko terakhir dari daftar yang di kunjungi.
              Saya di sini membuat SOP Sales Motoris atau dengan jargon lain adalah tahapan penjualan yang harus dilalui oleh salesman , supaya toko bisa atau mau mengorder .Pembuktian yang   lumayan bikin          deg-degan, kan? Chanelnya toko kecil! Grocery ukuran small dan medium, dengan jumlah pembelian per toko setelah di analisis sekitar 20ribu sampai 200 ribu per dropsize. Namanya juga salesman motoris yang membawa langsung dari sadle bag-nya. SOP-nyapun di sunat sampai seringkas mungkin supaya tidak memusingkan salesman motoris yang ingin cepat dan praktis dalam segi proses penjualannya . Setelah disusun-susun proses penjualannya atau SOP-nya didapatlah 5 langkah penjualan motoris yaitu : Persiapan,Pendekatan, Presentasi, Pemajangan dan penatalaksanaan, perlu training 1 hari full untuk menjelaskan sub-sub dari persiapan, pendekatan dan seterusnya supaya bisa berdaya guna dan tidak lupa sehingga waktu yang terpakai dilapangan efektif dan efisien.


              Nah sekarang kan saya mau sharing,  bagaimana hasilnya saya ikut motoris dan kordinatornya, naik motor ke area Jakarta Barat yang padat ( ayoo simpan dulu mobil dan baju batiknya para supervisor dan manager), namanya juga ikut field training dengan salesman. Acting jadi salesman dulu…….


              Pada tahap awal , sebagai awareness target personality motoris. Motoris  mengatakan target bisnis objektifnya hari ini ( sudah ada di form-nya), ia menyebutkan target kunjungan: 20 toko, Effcall  10 Produk mix  ( jumlah item produk dalam satu invoice atau faktur) adalah 4. Baiklah …..kita mulai berkeliling ke area Jakarta barat pakai motor…

              Terlihat kalau salesman sudah ahli , ia tahu jalan pintas , kecot kiri, kecot kanan nyampelah di toko pertama, proses training SOP Sales trial di mulai..

 
Luar Biasa kondisi Jakarta! Semangat untuk mencari Omzet dengan cara Training

Insight pertama, hilangkan asumsi toko tidak akan order.
Yakin dengan barang yang dibawa. Proses pendekatan yang sudah di latih ( roleplay), harus bisa dipraktekan, membuat motoris lebih luwes dan oke dalam mengutarakan handing objection di toko. Kordinator harus bisa mencontoh lebih bagus ( namanya juga yang sudah berpengalaman). Selalu ingatkan target call. Bila salesman  sudah terlihat tidak semangat ataupun sudah lupa SOP tahapan penjualan. Kordinator harus bisa mencontohkannya (Training of Trainer in field).


 
proses training di lapangan lihat bagaimana kordinator mencontohkan,



Insight kedua, Langkah SOP yang motoris sering lupa adalah P2 atau Pendekatan ke toko.
Sub P2, atau pendekatan ketoko itu adalah perkenalan sesuai standar ( toko kecil kadang takut didatangi orang yang tidak di kenal, disangka mau ngutang kali yah). Berseragam produk  adalah hal terbaik ( menambah  kepercayaan toko mau order, percaya bahwa salesman itu mewakili produk yang diembannya). Si trainer ( alias kordinator di sela-sela  rehat harus me role play “Perkenalan sesuai standar dengan intonasi ramah tanpa ada tekanan kata paksaan”.
Jangan Lupa dperhatikan Dimensi Reputasi yang didalamnya ada variable : Layanan, Focus pada pelanggan, keunggulan dan kepekaan SDM dan tanggung jawab social ( misalnya menceritakan kebijakan Bad stok, bila ada complain dan lain lain)
Sub lain dari P2: adalah membawa contoh produk yang diperlihatkan ke toko, disinipun ada variablenya seperti tahu produk knowledge , penanganan, harga , dan lain lain, makin Bagus di P2 toko makin terpana dan orderpun terjadi. ( dan biasanya bila P2 lancar tahapan presentasipun lebih lancar). Jadi Role play dan Role play dilatih setiap ada kesempatan)
Insight ketiga: Lihat pola order toko.
Ini saya rasakan hanya di Jakarta  saja. Sebelumnya saya pernah trial di Kalimantan, Kabupaten Purwakarta, Bandung, Tasik dan Medan belum ada kejadian seperti ini : Toko toko kecil Di Jakarta Barat sudah mulai awareness pembelian Online , dimana sekitar jam 3 barang dropsize dari hasil orderan Online ataupun freelance sudah turun ke toko dan menyurutkan pembelian ke salesman asli karena uangnya toko sudah habis.  Jadi ,  lihat pola order toko makin bagus, makin pagi keliling toko makin bagus.  Kalau bisa khusus motoris  jam 7.30 pagi,  sudah ada di toko pertama.  Supaya jam 15.00 call terakhir sudah beres.
Khusus case ini, karena belum masuk target call saya memutuskan terus mencari toko sampai call terakhir. ( jam 4.30 sore). Yang perlu dicatat juga, pada proses presentasi : Lihat Juga Dimensi Kepercayaan ( kepada  toko ) yang ada variablenya : Integritas ( salesman datang tepat waktu, promo yang benar dan akurat), Benevolence ( kebajikan; membersihkan produk, merapihkan pajangan, dll), Competency ( kemampuan teknikal salesman dalam menginput data di gadget, selling skill, dll) , Predictability ( kemampuan menerangkan trend pasar, pola minum, barang apa saja yang akan di konsumsi di daerah tersebut. dll)

Hasilnya :
Target distribusi yang dicanangkan salesman Rp 700ribu tercapai Rp sales 1.101.500 ( 157%).Call 23 eff Cal 15 ( Kita baru tahu,  makin sore freelance/Online  dan kiriman dropzine dari penjualan online sampai kirimannya ke toko sekitar jam 3 sore , mengurangi basket size uang toko untuk mengorder lagi ). Tidak akan ada kekurangan toko di Jakarta.  Setiap pengkolan,  gang, selalu  ada toko. Senang memberi contoh sampai sadle Bag salesman habis. Barangnya tanpa sisa…








Bangga dong mencontoh jualan sampai habis kanvas motornya dengan tahapan penjualan yang benar.

Makin mengikuti Proses tahapan penjualan ( SOP yang sesuai), toko makin order dan barangpun  habis….



Namanya juga hubungan ke toko, pasti ada hal hal yang membuat toko percaya dan nyaman berbicara kepada seorang asing terutama  ketika saat berhubungan dengan seorang salesman produk, apa itu? Salah satunya : Seragam.
Fungsi seragam ( untuk dunia sales yah…. bukan untuk dunia lain), sangatlah penting karena berhubungan dengan irisan berbagai Dimensi. seperti Dimensi Reputasi,   variable mutu layanan bisa  mempercepat proses pendekatan (P2) karena dari seragam yang di pakai salesman, toko sudah tahu bahwa yang datang dari  perusahaan berlogo  atau gambar produk yang tertera di seragam salesman. Toko bisa lebih cepat take action dan focus pembicaraannya mengenai produk tersebut , menyiapkan faktur produk itu sampai dengan melihat stock produk itu.
Fungsi seragam juga bisa masuk dimensi kepercayaan (Wiedenfels, 2009 & Zaheer , 2006), yang salah satu variablenya Benevolence ( kebajikan), dimana toko bisa mempersilahkan salesman tersebut memeriksa stock dan menghendle produk NED ( Near Expiry Date), dipersilahkan merapihkan dan melihat produk, dan di Dimensi Kualitas Jasa,  variable Reliabilitas wujud produk /ada perwakilannya dari produk  yaitu salesman yang benar secara visual toko dialah  ( salesmanlah) wakil produk itu yang datang ke toko.
Jadi nih menurut saya yang pengalaman belasan tahun di sales, Seragam itu sebagai trust approach toko pertama kali. ( teori trust approach baru disini yah belum ada distertasinya hehe atau ntar kalau ada ngasih beasiswa S3 he  he diteliti lebih dalam).
Jadi Fungsi seragam yang bisa dibilang first trust approach di dunia sales sebagai berikut :
1.       Toko akan akan lebih percaya bahwa salesman itu datang betul dari perwakilan suatu produk ( principal atau distributor di suatu wilayah tersebut)
2.       Toko akan lebih nyaman berkeluh-kesah mengenai produk tersebut, termasuk pendapat baik dan buruk ( perlu di development , masukan), ke salesman yang benar-benar mewakili produk tersebut yang berseragam ( apalagi yang baru kenal).
3.       Secara visual toko otomatis akan melihat baju salesman dan memperlancar proses pendekatan  ( coba kalau salesman baru pakai baju bebas, belum di latih role play ke toko , disangkanya tukang pungli atau kalau dandananya terlalu dandy disangka penyanyi organ keliling; intinya toko agak  defensive sama salesman yang belum dia kenal dan tidak pakai seragam).
4.       Untuk salesman sendiri seragam bisa sebagai tameng ( pisau sensor). Bila ia akan melakukan fraud, penyelewengan dana ( ini untuk sales yah… bukan untuk dunia lain), Sehingga salesman malu  bila pakai seragam kok ada permainan uang, bedstock, dll. Khusus untuk ini apakah pengiriman barang/driver  juga menggunakan seragam? Dialah kan yang suka mengambil dan mengelola bedstock? Berhubungan juga dengan toko kan ( bisa dibedakan model seragamnya, antara salesman, driver , helper, pengiriman).
5.       Seragam di level salesman, di dimensi social lingkungannya membuat ia lebih percaya diri ( juga untuk anak Management trainee yang berhubungan dengan penelitian toko).

Saya sendiri bila ada pengujian ceklist ( SOP dan tahap penjualan tadi), menganjurkan salesman dan kordinatornya memakai seragam ( termasuk saya dong), lebih mempermudah proses pendekatan dan meningkatkan kepercayaan toko. Makin lancar proses penjualan ke toko makin banyak omzet yang di dapat…kejadian ini..saya joint visit dan melatih trainer omzet yang di dapat bisa   sampai 157% ( ini proses distribusi yah mengajarkan meningkatkan numeric distribution, bukan push sales di satu toko)
Jadi……. jangan pelit ngasih seragam untuk salesman,  baik principal ataupun distributor bahkan produk manager/Marketing sekalipun ( ada loh casenya yang diteliti produk focus, dan produk yang nempel di baju salesman bisa menambah awareness produk dan lebih diingat toko).
  Kalau bisa setiap hari kerja, salesman pakai seragam. Baik berbentuk kemeja maupun kaos.
              Kalau kamu suka pakai seragam? Seragam ampuh…, ngak yah? Buat pinjem uang atau kredit di BPR ? Itumah asal sudah jadi pegawai …punya penghasilan tetap..bisa…)
Distribusi merata, demand tercipta , konsumen top of mind…produkpun bisa laris….( dan ini bisa berbicara lagi ke konsep AIDA..perlu buku lagi ….)

*Bahan catatan untuk management trainee sales, anak Milenial yang mau terjun ke dunia sales, yang suka nanya hubungan teori dan praktek dilapangan….)