Sabtu, 23 Mei 2020

Mencegah Turnover Salesman


Tim Marketing Vs Tim Sales (Namun Ada yang Paling Penting)
#Hal Yang Dibutuhkan oleh Salesman
#Tentang Salesman
#Keinginan Salesman
#Penetrasi Produk
#Apa yang menyebabkan salesman keluar masuk.
#Cegah Turnover Salesman

Perhelatan antara tim Marketing dan tim sales selalu menimbulkan polemik ataupun  apologi. Terutama mengenai asal muasal penetrasi produk dari pabrik sampai  ke tangan konsumen.  Marketing yang kebanyakan tinggal di kantor pusat  berpikiran seperti  seorang cenayang merangkup  teori S2-nya marketing Philip Kotler. Tim marketing  berusaha menerangkan  kepada salesman pada kondisi  daif di sore hari, justru pada saat juru jual itu capai telah  berkelana seharian mengunjungi toko sesuai rutenya.  Tim marketing  menerangkan bahwa produk yang  diampunya  secara riset konsumen sudah sesuai  dengan  kebutuhan  pembeli,  baik dari segi kualitas maupun harga,  Sehingga tim sales seharusnya gampang mendistribusikannya  bagai kacang goreng. Sementara itu tim sales beranggapan bahwa produk tersebut harus mempunyai  stimuli awal berupa iklan agar toko percaya diri membuka orderan dan memajangnya.  Sehingga tidak terjadi bak kacang goreng bulukan  yang produknya kadaluarsa  dan tidak jadi dibeli  oleh konsumen.

      Tim marketing mengatakan produknya sudah kuat, tinggal tim sales yang harus bereaksi. Tim sales memberikan bukti gampangkah penetrasi produk tersebut? Bila di survey di area padat yang tidak terjangkau transportasi, bagaimana produk itu bisa sampai di sana? Siapakah yang menggerakan?


Sungsang tempat terkecil tapi ramai, di mana tempat panduan distribusi barang via perahu dan beca motor. Produk apa saja yang diingat konsumen itulah yang diorder toko. betulkah?


                    Seorang  jabatan Sales Akselelator  ditugaskan sebagai pelerai untuk bisa menemukan dan menelaah apa yang terjadi sesungguhnya  proses bisnis di distributor . Bagaimana suatu produk itu secara alamiah sesuai SOP bisa sampai ke konsumen yang ditargetkan? Oleh karena itulah sebagai pilot project ia mendatangi suatu area terpencil tapi padat yang bernama area Sungsang. Wilayah Sungsang merupakan area  padat penduduk  di muara  Sungai Musi yang  menghadap  Selat  Bangka di Kabupaten Bayuasin, Sumatera Selatan.  Yang menarik di area ini banyak sekali toko, namun mobil pengiriman barang tidak bisa masuk ke area padat penduduk karena jalan yang sempit  yang  hanya bisa dilewati bento (becak motor) dan motoris kanvas yang langsung membawa barang.  Di toko-toko area Sungsang sudah berjejer merk-merk produk  yang berasal dari multinational company seperti Unilever, Frisian Flag, Indofood  dan Nestle. Tanpa adanya kunjungan rutin salesman yang mempunyai rute ke sana . Jadi, siapakah yang berperan mendistribusikan produk-produk tertentu? Ternyata  grosir dan pengepul besar yang bekerja sama dengan distributor lokal di kota Palembang yang mempunyai perihal penting pendistribusian barang sampai pelosok.
Kondisi jalan utama di pemukiman padat Sungsang
Distribusi hanya bisa mengunakan beca motor. Hanya produk-produk Top Of Mind konsumen yang di order toko. (Kekuatan marketing atau kekuatan sales?)

                      Distributor lokal, mitra bisnis yang  selalu menjadi pembahasan  substansial di setiap perbalahan antara tim sales dan tim marketing. Hanya sayangnya  yang dibahas  biasanya  hanya presentase marjin dan klaim promo.  Jauh di dasar itu,  ada yang sangat penting. Mengingat distributor lokal  ibarat seorang  tuan tanah yang  tahu persis akan detil tata letak dan kebijakan wilayahnya. Dan di dalamnya ada tim penjualan yang  tahu areanya. Mereka  berasal dari penduduk lokal. Permasalahan selanjutnya , apa yang dibutuhkan salesman untuk betah bekerja? Sehingga tidak menjadi  turnover sehingga tidak menggangu produktivitas  kinerja  dalam mendistribusikan suatu produk? Sang Sales Akselerator dengan Owner distributor membuka forum meeting dengan salesman. Mereka dipersilakan  untuk mengungkapkan unek-uneknya  sehingga mereka bisa loyal?  Tentu saja mereka semua terdiam ibarat prajurit  sedang  duduk di meja makan sang raja. Matanya luyut menatap nota-nota tagihan dan orderan yang tepat di hadapannya. Sehingga disebarkanlah sebuah  quisioner tanpa nama di mana hasilnya bisa membuat jajaran line supervisor sampai manajer,  merenung. Bukan lagi perhelatan antara tim Sales vs Marketing tapi internal people yang menggerakan produk itu, harapannya apa? Salesman distributor, salesman toko, salesman pengepul, begini yang menstimuli mereka supaya bisa terus bergerak..
Warung-warung di area Sungsang. kalau bukan tim Sales, siapa yang bisa penetrasi ke sini? Asal..............mengerti tiga dasar kebutuhan salesman.
Perjalanan sebuah distribusi dan kekuatan merek bersatu. Salesman toko lokal , menggunakan digitalkah?

                       Hal yang paling  primer menurut salesman; tentu saja bonus  atau insentif yang ia dapatkan per bulan yang  besarannya minimal sama seperti UMR ( bila salesman di distributor)  di daerah  di mana mereka  bekerja. Hal yang lumrah.  Apa pun paremeter pencapaian bonus, mereka akan mengejarnya sampai dapat.  Apalagi salesman coblokan yang ada di toko-toko dan area terpencil , apapun yang diparameterkan berbentuk uang itu yang akan dikejar duluan, makin besar yang  bunus dari produk yang di fokuskan , produk itulah yang akan paling banyak di jual. Hal yang paling  bermakna selain itu adalah :   jenjang karir, salesman di hatinya mengharapkan adanya jenjang karir di distributor tersebut ataupun di tempat lain. Minimal rata-rata  rentang waktu 2-5 tahun. Dan yang terakhir yang paling berpengaruh terhadap keloyalan salesman adalah reward interpersonal relationship superiornya. Apakah ia pernah  disapa oleh owner-nya? Apakah ia pernah diajak secara individual untuk membahas  cara  peningkatan kinerja? Apakah pernah di training di lapangan? Apakah pernah di coaching? Apakah pernah diajak makan bersama atau sekedar nongkrong bareng? Apakah pernah ditelpon hanya untuk menanyakan kabar? Kado kelahiran anaknya? Memotivasinya? Mari renungkan…


Perjalanan menuju ke Sungsang. Kadang internet masih terputus.
                   
Sebatas mata memandang jalan kosong. Hanya salesman hebat yang mau distribusi  dan task force barang ke sana
 Di era belum seratus persen digital  serta  kondisi  wilayah geografi  Indonesia. Salesman lokal yang mengerti teritori masih sangat    berpengaruh  bagi perkembangan bisnis distribusi. Peran sumber daya manusia  yang bertempat tinggal di daerah pelosok masih tetap diperlukan untuk mendistribusikan suatu produk. Beberapa  daerah tetap bisa menyerap demand  suatu produk. Namun tetap  memerlukan seorang  salesman. Salesman yang   mengetahui  teritori wilayahnya. Jadi , peran distributor lokal dengan  tim yang mengerti areanya sebagai andalan prinsipal untuk bisa mencapai target distribusi penyebaran produk . Tim salesman sebagai frontliner sebagai ujung tombak yang harus dibina  secara langsung oleh jajaran supervisornya bukan dilatih secara digital terleh dahulu,  namun memotivasinya karena dengan keterbatasan pendidikan mereka menginginkan tetap ada ‘sentuhan’ oleh atasannya.
Tempat melihat produk mana saja yang bisa  masuk ke area ini.
Sekarang dari segi konsumen. Faktor apakah masyarakat di sana  mengingat merek produk  meski mereka berada ditempat terpencil ? Tunggu bahasan selanjutnya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar